contoh proposal penelitian
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH ASAL BAHAN STEK DAN ZPT ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN PERBANYAKAN TANAMAN PENUTUP TANAH (Mucuna bracteata)
Disusun Oleh :
SUTANTO
10/13778/BP_SPKS
MINAT SARJANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2013
- I. PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet di Kerala India Selatan. Mucuna bracteta ini juga banyak digunakan di perkebunan di Indonesia, tanaman ini memiliki biomassa yang tinggi di bandingkan dengan penutup tanah lainya. Perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet selalu mengunakan tanaman ini pada aeral peremajaan (Siagian, 2003).
Penanaman LCC di perkebunan kelapa sawit menggunakan LCC konvensional yaitu Pueraria javanica, Calopogonium mucunoides dan Calopogonium caeruleum. Namun saat ini sudah beralih ke LCC jenis Mucuna bracteata karena jenis ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis lainnya diantaranya produksi biomassa tinggi, tahan terhadap kekeringan dan naungan, tidak disukai ternak, cepat menutup tanah dan dapat berkompetisi dengan gulma. Selain kelebian diatas LCC juga memiliki manfaat sebagai berikut : menghindarkan tanah dari bahaya erosi karena tetesan air hujan tidak langsung menerpa tanah, guguran daun dan bintil akarnya dapat menambah kandungan nitrogen pada tanah, guguran daunnya berfungsi sebagai bahan organik sehingga dapat membantu memperbaiki struktur tanah (Sastrosayono,2005).
Di Indonesia Mucuna bracteata jarang sekali menghasilkan bunga dan buah/biji. Karena sulit berbuah, maka perbanyakan bisa digabung dengan cara perbanyakan vegetatif, terutama dengan cara stek. Perbanyakan melalui stek ini sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematiaannya mencapai 90%). Kegagalan pada penyetekan Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh sulitnya mendapatkan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya sudah mulai muncul (akar putih), kurangnya penyesuaian (aklimatisasi) setelah stek dipotong dari tanaman induknya. Mendapatkan ruas stek yang baik sering mendapat kendala dilapangan karena ketebalan Mucuna bracteata dapat mencapai 40 – 60 cm (Sebayang dkk., 2004).
Perbanyakan Mucuna bracteata secara generatif sangat sulit dikarenakan kulit keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada bijinya dan jika dilakukan pekembangbiakan kecambah persentase kecambahnya hanya 12%. Biji Mucuna bracteata tidak tersedia di Indonesia dikarenakan itu biji ini harus diimpor dari India. Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para pekebun adalah bagaimana teknik memperbanyak Mucuna bracteata, sehingga memberikan keberhasilan hidup yang tinggi.
Di Indonesia pada umumnya LCC dan Mucuna bracteata hampir tidak menghasilkan biji. Walaupun kadang-kadang dapat menghasilkan biji kemampuan tumbuhnya rendah hal inilah yang menyebabkan kebanyakan perbanyakan mucuna dilakukan dengan cara vegetatif, perbanyakan secara vegetatif memerlukan keahlian khusus dalam pengembangannya antara lain dalam pemilihan bahan tanaman dan waktu tanam yang disesuaikan dengan awal musim hujan. Sedangkan dalam perbanyakan secara generatif hampir tidak menyesuaikan waktu tanam untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan hanya saja perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan mempercepat masa dormansi biji (Harahap dan Subronto, 2002).
Meskipun diperbanyak secara vegetatif, masih menghadapi masalah yaitu tingkat keberhasilan tumbuh yang relatif rendah, sehingga diperlukan adanya hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Hormon yang digunakan misalnya auksin, giberelin dan sitokinin. Namun dalam kenyataannya hormon-hormon ini mudah ditemukan yang biasa disebut zat pengatur pertumbuhan (ZPT).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai Pengaruh Asal Bahan Stek dan ZPT Alami Terhadap Keberhasilan Perbanyakan Tanaman penutup Tanah (Mucuna bracteata).
- B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pengunaan asal bahan stek terhadap keberhasilan perbanyakan Mucuna bracteata
2. Mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan Mucuna Bracteata
3. Mengetahui interaksi antara bahan stek dengan pemberian ZPT alami terhadap keberhasilan perbanyakan vegetatif Mucuna bracteata.
- C. Manfaat Penelitian
- Memberikan informasi kepada petani tentang pengaruh macam bahan stek dan pemberian ZPT alami terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata.
- Sebagai sumber informasi ilmiah, khususnya tentang pengaruh macam bahan stek dan pemberian ZPT alami terhadap tanaman budidaya.
- Dapat memberikan landasan empiris pada pengembangan penelitian selanjutnya.
- II. Tinjauan Pustaka
- A. Mucuna bracteata
Legume ini merupakan kelompok legume perennial atau tahunan, tumbuh menjalar diatas permukaan tanah, merambat ke arak kiri pada ajir atau tanaman lainnya. Daunya beranak daun tiga helai, berbentuk bulat telur, asimetris, belah ketupat, dan ujungnya tumpul, bagian bawah daun membulat. Tulang daun menjari, permukaan daun halus bila diraba, tidak berbulu. Warna daun lebih gelap dibandaingkan dengan Mucuna pruriens. Selama ini tanaman yang ditanam dikebun percobaan, belum mampu menghasilkan bunga dan buah (purwanto, 2011).
Mucuna bracteata memiliki perakaran tunggang yang berwarna putih kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat banyak, pada nodul dewasa terdapat leghaemoglobin yaitu hemoprotein monomerik yang terdapat pada bintil akarleguminosae yang terinfeksi oleh bakteri Rhizobium. Laju pertumbuhan akar relatif cepat pada umur diatas tiga tahun dimana pertumbuhan akar utamanya dapat mencapai 3 meter kedalam tanah (Harsono dkk, 2012).
Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh di berbagai daerah baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan pertumbuhan generatif atau berbunga tanaman ini memerlukan ketinggian di atas 1000 m dpl, jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan jagur tetapi tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh dengan baik berkisar antara 1000 – 2500 mm/tahun dan 3 – 10 merupakan hari hujan setiap bulannya dengan kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga menjadi busuk. Untuk panjang penyinaran, Mucuna membutuhkan lama penyinaran antara 6 – 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).
Tanaman Mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah, pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang cukup tinggi, gembur dan tidak jenuh. Apabila Mucuna ditanam pada tanah yang tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terganggu. Untuk pertumbuhan Mucuna bracteata secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH 4,5 – 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).
- B. Perbanyakan tanaman
Secara umum, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu perbanyakan secara generatif, vegetatif, dan generatif-vegetatif. Setiap tanaman memiliki cara perbanyakan yang berbeda dengan tanaman lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukannya (Anonim. 2007).
Salah satu teknik perbanyakan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat dan jumlah yang banyak adalah dengan perbanyakan secara vegetative. Hal ini perlu dilakukan mengingat perbanyakan secara generatif (benih) menghasilkan bibit tanaman/turunan yang beraneka ragam karena berasal dari benih yang tidak diketahui mutunya. Sedangkan kualitas bibit merupakan suatu kriteria yang sangat penting untuk mencapai suatu produksi yang diinginkan. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, setek, okulasi dan kultur jaringan. Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkok atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara massal sebaiknya dilakukan dengan setek. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara setek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil.
Setek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttage (bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas. Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan dan teknik yang rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya saja yang dapat diperbanyak dengan tehnik ini.
- C. Hormon tumbuhan
Namun tidak semua hormon dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, hanya hormon golongan Auksin, Sitokinin, dan Giberelin yang bersifat positif bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis.
Auksin
Auksin merupakan ZPT yang berperanan dalam perpanjangan sel pucuk/tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Auksin mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme.
Sitokinin
Sitokinin berperanan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Sitokinin alami misalnya kinetin dan zeatin, Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Kinetin banyak ditemui pada bulir jagung yang muda, sedangkan zeatin banyak ditemui pada air kelapa. Sitokinin berperanan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan.
Giberelin
Giberelin merupakan ZPT yang berperan dalam mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Giberelin dikenal juga dengan nama asam giberelat, mempunyai peranan dalam pembelahan sel dan atau perpanjangan sel tanaman. Giberelin juga berperan dalam memacu pembungaan pada beberapa tanaman, mematahkan dormansi biji serta mempercapat perkecambahan biji (Anonim, 2013)
Hormon tumbuhan diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri, hormon tumbuhan dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan (eksogen). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) namun harganya cukup mahal dipasaran. Disamping itu juga ada hormon alami (dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang mudah diperoleh dilingkungan sekitar. Ada pula hormon alami yang dijual sudah dalam bentuk kemasan untuk memudahkan para petani tang kandungannya relatif lengkap.
III. TATA LAKSANA PENELITIAN
- A. Tempat dan Waktu Penelitian
- B. Alat dan Bahan
Bahan : Polybag, paranut, bambu, tanah topsoil, tanaman Mucuna bracteata dan ZPT alami.
- C. Metode Penelitian
Factor pertama yaitu asal bahan setek yang terdiri dari tiga aras yaitu:
S1 : Setek batang pangkal
S2 : Setek batang tengah
S3 : Setek batang pucuk
Faktor kedua yaitu pemberian ZPT alami yang terdiri dari tiga aras yaitu:
K0 : Kontrol
K1 : Air kelapa
K2 : Urin sapi
K3 : ZPT alami (Hormax)
Dari kedua faktor diperoleh 12 kombinasi perlakuan, masing-masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 3 unit sehingga diperlukan 3 x 4 x 3 x 3 = 108 sampel. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (AnĂ¡lisis of variance) dengan jenjang nyata 5%. Bila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan atau DMRT (Duncan multiple range test) dengan jenjang nyata 5%.
- D. Pelaksanaan penelitian
- Persiapan Lahan Penelitian.
- Persiapan media tanam
- Menyiapkan ZPT alami
- Air kelapa
- Urine sapi
- ZPT alami
- Menyiapkan bahan setek
- Perendaman
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Penyiraman
- Penyiangan
- Pemupukan
- E. Pengamatan
- Kecepatan tumbuh tunas (hari)
- Tinggi tunas (cm)
- Jumlah daun (helai)
- Panjang akar (cm)
- Barat segar tunas (gram)
- Berat kering tunas (gram)
- Berat segar akar (gram)
- Berat kering akar (gram)
- Berat segar tanaman (gram)
- Berat kering tanaman (gram)
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. “Hormon Tumbuhan”. http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_ tumbuhan. Diakses pada tanggal 30 Maret 3013 pukul 16.25
Anonim. 2013. “Mengenal Berbagai Macam Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)”. http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/245. Diakses pada tanggal 13 maret 2013 pukul 22.15
Anonim. 2007. “Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman”. Jakarta: Agromedia Pustaka.Harahap, I.Y dan Subroto. 2002. “Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna bracteata pada pertanaman kelapa sawit”. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10(1): 1-6.
Harsono, W.A., I.Y. Harahap, P. Yusran. & C.H. Taufiq. 2012. “Penggunaan Berbagai Jenis Legume Cover Crop (LCC) Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Lahan Gambut”. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 17(2): 45-50
Purwanto, Imam. 2011. “Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae”. Yogyakarta: Kanisius
Rahadja, P.C., Wahyu. W. 2007. “Aneka Cara Memperbanyak Tanaman”. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap. 2004. “Penggunaan Mucuna bracteata pada Kelapa Sawit: Pengalaman di Kebun Tinjowan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV”. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 12 (2-3): 5-12.
Siagian, Nurhawaty. 2003. “Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet”. Medan: Balai Penelitian Karet Sungei Putih 24(1): 5-12.
Sastrosayono, S. 2005. “Budidaya Kelapa Sawit”. Jakarta: Agromedia Pustaka
|
S1K33 S2K31 S1K12
S2K12 S1K01 S2K33
S1K23 S1K32 S3K21
S2K13 S3K33 S2K02
S2K22 S1K31 S2K23
S1K03 S1K31 S1K11
S3K11 S3K12 S3K32
S1K21 S1K13 S3K22
S2K32 S3K01 S3K13
S3K03 S3K02 S2K01
S2K21 S3K23 S2K11
S2K03 S1K22 S3K31