Renungan Hari Pendidikan
Kita mengetahui momentum 2 Mei adalah hari
Pendidikan Nasional. Merupakan peristiwa bersejarah tentang pendidikan
Indonesia yang diperingati sampai sekarang.
Hari Pendidikan yang akan diperingati untuk tanggal 2 Mei 2014 bertemakan Pendidikan Untuk Peradaban Indonesia Yang Unggul. (Kemdikbud RI)
Tentu ini merupakan waktu yang buat renungan
kita masalah pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang telah melahirkan
para pemikir bangsa,para penata negara dan pengisi pembangunan.
Memang akhir-akhir ini perbincangan masalah
pendidikan sangat populer mulai dari masalah UN, sertifikasi Guru dan
terakhir masalah pergantian kurikulum 2013.
Terlepas dari semua itu, kita hanya memandang
pendidikan secara menyeluruh saja. Pendidikan kita yang seakan
terpuruk. Pengelolaan pendidikan telah terkena imbas politik sampai ke
daerah-daerah. Pendidikan bukan lagi menempatkan posisi utama
mencerdaskan anak bangsa yang berkarakter baik. Hasilnya, banyak terjadi
tawuran, pelecehan dan segala bentuk peristiwa yang tidak seharusnya
ada dalam koridor pendidikan.
Masalah kejujuran, budi pekerti sedikit
mendapat porsi didunia pendidikan. Sekolah seakan memiliki sistem yang
tidak bisa dibendung dari ketidak jujuran. Merupakan mata rantai yang
tak bisa terlepas sampai ke daerah. Hal ini tentu dipengauhi oleh
indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan, keberhassilan pejabat
pengelola pendidikan adalah hasil dari pemetaan perolehan Nilai Murni
Siswa ( NEM ) nilai siswa yang tinggi atau kelulusan siswa yang tinggi
dianggap para pengelolanya berhasil dengan baik. Dibalik itu semua, kita
telah mendustai bangsa.
Keberhasilan lain berorientasi pada tampilan
sekolah yang bagus, fasilitas yang lengkap, bersih. Padahal semua adalah
dianggarkan, dibiaya oleh negara. Tetapi dianggap juga merupakan
keberhasilan sekolah. Tentu hal ini kurang tepat juga, bagi sekolah yang
memiliki fasiltas dan daya juang untuk memperoleh bantuan dari
pemerintah sepertinya dianggap tidak berhasil. Bukan berarti pula
sekolah yang memperoleh bantuan yang besar adalah prestasi juga. Ada
juga karena kedekatan dengan para pengambil keputusan.
Satu pernyatan yang mungkin keliru, adanya
kastanisasi sekolah. Pengelompokan kemampuan, peringkat sekolah,
bukanlah pendidikan seutuhnya. Pendidikan tidak mengenal kastanisasi,
tidak mengenal persaingan tetapi maju bersama berkolaborasi dan
bersosialisasi membentuk kemampuan dan karakter yang baik. Jangan
tanamkan “persaingan”
Memang pendidikan bukan hanya tugas
pemerintah yang diembankan kepada lembaga pendidikan semata. Ada peran
orang tua dan masyarakat. Orang tua yang memberi pendidikan sejak dini,
memberikan pendidikan yang paling mendasar. Dan masyarakat memberi pula
pembelajaran dalam hidup beradap.
Untuk itu mari kita tingkatkan konstribusi
dalam pendidikan anak bangsa ini mulai dari yang terkecil keluarga,
menanamkan karakter dan peradapan yang baik. Memberi contoh tauladan
yang baik pula. Hingga nantinya anak-anak Indonesia menjadi kaum
intelektual yang bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar